SEJARAH PERJUANGAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
A. Arti Sejarah
Dari sekian banyak arti dan definisi sejarah, secara umum dapat diartikan bahwa sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau ummat manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia.
B. Latar Belakang Sejarah Berdirinya HMI
Kalau ditinjau secara umum ada 4 (empat) permasalahan yang menjadi latar belakang sejarah berdirinya HMI.
Situasi Dunia Internasional
Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita.
Akibat dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur\'an dan Hadist Rasullulah SAW.
Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pem-baharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.
Situasi NKRI
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ? 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal:
1 Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
2 Missi dan Zending agama Kristiani.
3 Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.
Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia
Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.
Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang "mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia". Kedua : adanya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya "Krisis Keseimbangan" yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.
SEJARAH BERDIRINYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Latar Belakang Pemikiran
Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I yang ketika itu genap berusia 25 tahun. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Beliau adalah anak seorang Sutan Pangurabaan Pane ???tokoh pergerakan nasional ???serba komplit??? dari Sipirok, Tapanuli Selatan-. Lafaran Pane adalah sosok yang tidak mengenal lelah dalam proses pencarian jati dirinya, dan secara kritis mencari kebenaran sejati. Lafran Pane kecil, remaja dan menjelang dewasa yang nakal, pemberontak, dan ???bukan anak sekolah yang rajin??? adalah identitas fundamental Lafran sebagai ciri paling menonjol dari Independensinya. Sebagai figur pencarai sejati, independensi Lafran terasah, terbentuk, dan sekaligus teruji, di lembaga-lembaga pendidikan yang tidak Ia lalui dengan ???Normal??? dan ???lurus??? itu (-Walau Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim terpelajar pernah juga menganyam pendidikan di Pesantren Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah-) ; pada hidup berpetualang di sepanjang jalanan kota Medan, terutama di kawasan Jalan Kesawan; pada kehidupan dengan tidur tidak menentu; pada kaki-kaki lima dan emper pertokoan; juga pada kehidupan yang Ia jalani dengan menjual karcis bioskop, menjual es lilin, dll.
Dari perjalanan hidup Lafran dapat diketahui bahwa struktur fundamental independensi diri Lafran terletak pada kesediaan dan keteguhan Dia untuk terus secara kritis mencari kebenaran sejati dengan tanpa lelah, dimana saja, kepada saja, dan kapan saja.
Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: "Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat???
Namun demikian, secara keseluruhan Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI dapat dipaparkan secara garis besar karena faktor, sebagai berikut :
1. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan Tuntutan Perang Kemerdekaan
a. Aspek Politik : Indonesia menjadi objek jajahan Belanda
b.Aspek Pemerintahan : Indonesia berada di bawah pemerintahan kerajaan Belanda
c. Aspek Hukum : hukum berlaku diskriminatif
d. Aspek pendidikan : poses pendidikan sangat dikendalikan oleh Belanda.
e.Ordonansi guru
f. Ordonansi sekolah liar
g. Aspek ekonomi : Bangsa Indonesia berada dalam kondisi ekonomi lemah
h. Aspek kebudayaan : masuk dan berkembangnya kebudayaan yang bertentangan dengan kepribadian Bangsa Indonesia
i. Aspek Hubungan keagamaan : Masuk dan berkembagnya Agama Kristen di Indonesia, dan Umat Islam mengalami kemunduran
2.Adanya Kesenjangan dan kejumudan umat dalam pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan ajaran islam
3.Kebutuhan akan pemahaman dan penghayatan Keagamaan
4. Munculnya polarisasi politik
5. Berkembangnya fajam dan Ajaran komunis
6. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis
7.Kemajemukan Bangsa Indonesia
8. Tuntutan Modernisasi dan tantangan masa depan
Peristiwa Bersejarah 5 Februari 1947
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan"
Lafran Pane mendirikan HMI bersama 14 orang mahasiswa STI lannya, tanpa campur tangan pihak luar.
Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain:
1. Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Sementara tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain :
a.Lafran Pane (Yogya),
b. Karnoto Zarkasyi (Ambarawa),
c. Dahlan Husein (Palembang),
d Siti Zainah (istri Dahlan Husein-Palembang)
e. Maisaroh Hilal (Cucu KH.A.Dahlan-Singapura),
f Soewali (Jember),
g. Yusdi Ghozali (Juga pendiri PII-Semarang),
h. Mansyur,
i. M. Anwar (Malang),
j. Hasan Basri (Surakarta),
k. Marwan (Bengkulu),
l. Zulkarnaen (Bengkulu),
m. Tayeb Razak (Jakarta),
n. Toha Mashudi (Malang),
o. Bidron Hadi (Yogyakarta).
Faktor Pendukung Berdirinya HMI :
1. Posisi dan arti kota Yogyakarta
l Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan
l Pusat Gerakan Islam
l Kota Universitas/ Kota Pelajar
l Pusat Kebudayaan
l Terletak di Central of Java
2.Kebutuhan Penghayatan dan Keagamaan Mahasiswa
3.Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia
4. Adanya STI (Sekolah Tinggi Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi)
5. Gajah Mada, STT (Sekolah Tinggi Teknik).
6. Adanya dukungan Presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir
7 Ummat Islam Indonesia mayoritas
Faktor Penghambat Berdirinya HMI
1.Munculnya reaksi-reaksi dari :
a. Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)
b.Gerakan Pemuda Islam (GPII)
c.Pelajar Islam Indonesia (PII)
2. Fase-Fase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia
3.Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947) Sudah diterangkan diatas.
4.Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947)
Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.
Fase Perjuangan Bersenjata (1947 - 1949)
Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun \'64-\'65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.
Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)
Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.
Fase Tantangan (1964 - 1965)
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb.
Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.
Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966 - 1968)
HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mar'ie Muhammad memprakasai Kes tuan Aksi Mahasiswa (KA I) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tunt
1. SEJARAH PERUMUSAN NDP
Dalam pembabakan sejarah HMI, tahun-tahun 1964-1965 merupakan fase tantangan yaitu masa ketika HMI mendapat tantangan yang terus-menerus dari pihak komunis, fase ini juga dikenal dengan fase pengganyangan HMI oleh komunis. Pada masa itu, ketika kekuatan PKI semakin membesar, mereka mengariskan kebijakan baru terhadap HMI yang dianggapnya sebagai penghalang dalam berbagai maksud dan tujuan mereka. Hal ini berarti HMI harus bubar dan diyatakan sebagai organisme terlarang. Dalam pehitungan PKI seandainya HMI tidak bubar sampai saat G 30 S, maka jika kondisi berbalik, yaitu HMI akan menumpas PKI sebagai mana yang terjadi di Madiun yang saat itu HMI tampil dengan Corps Mahasiswa-nya.
Pada tahun 1964-1965 suasana sosial politik Indonesia dikuasai oleh kerangka piker Marxisme. Semua persoalan baik politik maupun social harus dibahas dalam kerangka Marxisme. Apalagi partai-partai Islam seperti NU, PSI dan PERTI sudah berada dalam payung NASAKOM dan selalu memberikan justifikasi kepada kebijakan pemerinta. Sehingga ketiga partai Islam tersebut kelihatan sudah kehilangan identitasnya.
Satu hal yang menarik, yaitu pertentangan ideologis yang dialami oleh HMI yang menjadi bagian umat Islam dengan GMNI, CGMI, dan GEMSOS serta 0rganisasi kepemudaan lainnya yang berorientasi sosialis-komunis dan bagian dari kaki tangan PKI sebagai partai dominan. Inisiatif terbesar dipegang oleh orang-orang sosialis-komunis yang sudah barang tentu ideologi mereka bertentangan ideologi HMI.
Oleh karena itu arah pemikiran HMI berusaha untuk menghadang ofensif kaum sosialis-komunis dengan rumusan baku yang disebut dengan kepribdian HMI, yang kemudian dikukuhkan melalui kongresVII di Jakarta pada Tahun 1963. kemudian pada tahun 1965, CakNur (Nurcholis Madjid) menyusun makalah yang diberi judul Dasar-dasar Islamisme. Makalah ini kemudian dicerahkan dalam training-training HMI dimana-mana.
Oleh karena itu arah pemikiran HMI berusaha untuk menghadang ofensif kaum sosialis-komunis dengan rumusan baku yang disebut dengan kepribdian HMI, yang kemudian dikukuhkan melalui kongresVII di Jakarta pada Tahun 1963. kemudian pada tahun 1965, CakNur (Nurcholis Madjid) menyusun makalah yang diberi judul Dasar-dasar Islamisme. Makalah ini kemudian dicerahkan dalam training-training HMI dimana-mana.
Pada Kongres VIII di Solo, cak Nur terpilih sebagai Ketua Umum HMI dan salah satu rekomendasinya adalah membenahi dan menyempurnakan konsep kepribadian HMI menjadi Garis-Garis Pokok perjuangan (GPP) HMI.
Usaha-usaha merumuskan pegangan ideologis bagi HMI akhirnya dihasilkan. Hasil penelaahan dan kerja keras tersebut akhirnya dalam kongres IX di Malang melahirkan rumusan awl Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI. Kongres juga memberikan mandat kepada Nurcholis Madjid, Endang Syaifudin Anshari Anshari dan Saqib Mahmud untukmerumuskan (membenahi dan menyempurnakan ) kembali jika ditemui hal-hal yang kurang.
NDP hasil kongres di Malang adalah merupakan penjabaran dari pasal 3AD HMI tentang dasar organisasi, yaitu Islam. Dan pada tahun 1985 di Indonesia diberlakukan Undang-Undang No. 8/1985, tentang organisasi kemasyarakatan yang salah satu pasalnya berbunyi : HMI menghimpun Mahasisiwa Islam yang beridentitaskan Isalam dan bersumber pada Al Qur’an dan As’Sunnah, sedang pasal 4 berbunyi : organisasi ini berasaskan Pancasila. Dengan demikian untuk menjabarkan pasal identitas islam rumusan NDP diubah tidak dalam substansinya hanya dalam namanya saja menjadi Nilai Identitas Kader (NIK) HMI.
Gerakan reformasi 1998 telah membawa angin kebebasan (liberalisasi politik). Seiring denga proses liberalisasi tersebut, berbagai gerakan sosial di Indonesia menemukan momentumnya untuk kembali mempertegas identitasnya masing-masing, tak terkecuali HMI. Kongres HMI XXII tahun 1999 di Jambi menghasilkan beberapa keputusan mendasar bagi organisasi yakni ‘kembalinya’ HMI menjadi organisasi yang berasas Islam dengan peran sebagai organisasi perjuangan. Rumusan NIK-pun menglami perubahan nama, meskipun tidak ada perubahan dari segi substansi, menjadi NDP seperti sedia kala.
2. KEDUDUKAN DAN ARTI PENTING NDP DALAM ORGANISASI HMI
Semangat ke-Islaman yang menyertai suasana kelahiran HMI, mengharuskan HMI menjadikan islam sebagai roh dan karakternya. Semangat kesejarahan ini memberikan pengertian bahwa dalam keadaan bagaimanapun HMI tidak dapat melepaskan keterikatannya pada ajaran –ajaran Islam. Islam telah menjadi kodrat dan fitrah HMI sejak awal kelahirannya. Bagi HMI, Islam diyakini sebaagai kebenaran yang baik dan haq, tidak ada lagi kebenaran selain Islam.
Sebagai pengakuan keyakinan akan kebenaran Islam secara yuridis, HMI meletakkan Nilai Islam dalam Muqoddimah AD HMI. Pengakuan Islam sebagai ajaran yang Haq dan ajaran yang sempurna dalam muqoddimah AD HMI, mengandung pengertian bahwa islam akan selalu menjiwai aturan-aturan pokok dan kebijakan organisasi yang menjadi pedoman dalam melakukan aktifitas organisasi.
Penerimaan Islam bagi HMI adalah untuk memberikan pedoman pada para anggotanya bagaimana kehidupan manusia yang benar dan fitri, kehidupan yang benar adalah kehidupan manusia yang fitri sesuai dengan fitrahnya, yaitu paduan yang utuh antara aspek duniawi dan Ukhrawi, individual dan social, serta Integralisasi antara iman, ilmu dan amal dalam mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
Kesempurnaan ajaran islam, oleh HMI dijadikan prinsip-prinsip ajaran yang pokok menjadi system nilai dasar yang berfungsi mengarahkan dan memagari cara berfikir dan bertindak setiap anggota HMI , sehingga dengan demikian setiap kader HMI mempunyai wawasan keislaman berkenaan dengan hidup dan memaknai kehidupan. Untuk memberikan pedoman yang sama bagi setiap kader HMI supaya mempunyai wawasan keislaman yang identik yang pada gilirannya akan mempunyai gerak langkah organisasi yang sama guna menegakkan kebenaran didunia dalam rangka mencapai kebahagian, keharmonisan dan keselamatan dunia dan akhirat. Maka dirumuskanlah nilai dasar tersebut dalam sebuah pedoman organisasi yang diberi nama Nilai Identitas Kader (NIK). Dengan demikian NIK merupakan kerangka pemahaman HMI terhadap ajaran-ajaran pokok Islam yang dirumuskan secara sistematis, Utuh yang berdasarkan Al Qur’an dan As’sunnah.
Sebagai pengakuan keyakinan akan kebenaran Islam secara yuridis, HMI meletakkan Nilai Islam dalam Muqoddimah AD HMI. Pengakuan Islam sebagai ajaran yang Haq dan ajaran yang sempurna dalam muqoddimah AD HMI, mengandung pengertian bahwa islam akan selalu menjiwai aturan-aturan pokok dan kebijakan organisasi yang menjadi pedoman dalam melakukan aktifitas organisasi.
Penerimaan Islam bagi HMI adalah untuk memberikan pedoman pada para anggotanya bagaimana kehidupan manusia yang benar dan fitri, kehidupan yang benar adalah kehidupan manusia yang fitri sesuai dengan fitrahnya, yaitu paduan yang utuh antara aspek duniawi dan Ukhrawi, individual dan social, serta Integralisasi antara iman, ilmu dan amal dalam mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
Kesempurnaan ajaran islam, oleh HMI dijadikan prinsip-prinsip ajaran yang pokok menjadi system nilai dasar yang berfungsi mengarahkan dan memagari cara berfikir dan bertindak setiap anggota HMI , sehingga dengan demikian setiap kader HMI mempunyai wawasan keislaman berkenaan dengan hidup dan memaknai kehidupan. Untuk memberikan pedoman yang sama bagi setiap kader HMI supaya mempunyai wawasan keislaman yang identik yang pada gilirannya akan mempunyai gerak langkah organisasi yang sama guna menegakkan kebenaran didunia dalam rangka mencapai kebahagian, keharmonisan dan keselamatan dunia dan akhirat. Maka dirumuskanlah nilai dasar tersebut dalam sebuah pedoman organisasi yang diberi nama Nilai Identitas Kader (NIK). Dengan demikian NIK merupakan kerangka pemahaman HMI terhadap ajaran-ajaran pokok Islam yang dirumuskan secara sistematis, Utuh yang berdasarkan Al Qur’an dan As’sunnah.
Kedudukan dan peranan NIK yang strategis mendorong HMI untuk secara terus – menerus menyuburkan pemahaman, penghayatan dan dan pengamalan ajaran islam, yang keraangka dasarnya terkandung dalam NIK, sehingga mampu membingkai karakter identitas dan organisasi pada karakter identitas dan organisasi pada kader HMI. Dorongan tersebut yang merupakan tuntutan dan kebutuhan HMI dalam memanifestasikan ajaran Islam, semakin mendesak jika dikaitkan dengan gejala-gejala perubahan sosial yang begitu cepat